Senin, 06 Juli 2015

I Surrender

saat kedua matanya menatap untuk yang pertama
suatu hentaman itu dirasakannya kembali
meski enggan untuk dilanjutkannya
tapi keingintahuan yang besar terus mengusiknya
hingga dia menyerah dan mengikutinya

apa yang sebenarnya dimilikinya?
sosok tubuhnya?
wajahnya?
kedua matanya?
ulas senyumnya?
suaranya?
tingkah lucunya?
semangatnya?

bayangan itu seolah-olah merasukinya
hingga dia sulit menolaknya
hingga dia sulit melepasnya
hingga dia mulai berharap
hingga dia mulai mendoakannya

berulang-ulang kalimat diucapkannya
kata menyerah terhapus oleh kata berusaha
dia percaya
dia yakin
hingga tiba, ya hari itu adalah hari kemarin

mungkin hal yang sangat kecil
mungkin hal yang sangat biasa
mungkin hal yang sangat belum ada apa-apanya
namun menjadi sebuah hal yang paling indah dan mengulas senyumnya
membuatnya pantang menyerah dan sangat mengucap syukur
thankyou God, I will never give up for this and I believe in You!

Senin, 05 Januari 2015

Basement

kepalan tangan ingin melepaskan bayangan yang menghantuinya
sifatnya sangat naif dan mudah kembali
namun, keringatnya pantang menyerah hingga..
sebuah pelabuhan masuk dalam penglihatannya di tempat sedikit cahaya itu

mungkin kedua kelopak mata yang elips
dengan ulas senyum jernih di bibirnya
serta untaian kapas tertata rapi yang melingkupinya
membuatnya menjadi sang juara di hatinya

halaman pertama dalam bukunya
dipenuhi oleh goresan pensil sosoknya
setiap kemunculannya selalu terekam jelas
menjadi hadiah istimewa atas doanya

yang mengantarnya sama namun memiliki tubuh berbeda
harapannya sangat keras dalam meraih bagian penting di bawah dahinya
untuk menjadi objek di dalam kotak berlensa miliknya
terlebih untuk memiliki suaranya

sosoknya memiliki banyak tuntutan
sebuah kata yang lebih dari "sulit"
meski kata "hati-hati" dengan gigih merasuknya
namun dia masih menikmati harapannya

cerita kita berbeda dengan fantasi
kedalamannya menentukan rasa sakitnya
dia bertahan hingga pelabuhan nyata lainnya tiba
hanya kepercayaan dan rasa yang akan memberi jawabannya

Jumat, 02 Januari 2015

First Page

Halaman pertama di tahun 2015 diwarnai oleh beragam kata-kata syukur pada Papi Jesus atas berkatNya dalam melangkah di tahun 2014. Di halaman pertama ini juga diwarnai oleh begitu banyak mimpi-mimpi dan keinginan yang ingin dicapai olehnya. Nampaknya dari tahun ke tahun dia selalu membuat resolusi itu. Namun karena niat yang tidak seratus persen maka resolusi itu hanya menjadi sebongkah tulisan dalam sebuah lembaran yang hilang oleh hembusan angin. Kali ini dia ingin berusaha membuat koleksi keinginannya itu menjadi sebuah barang yang nyata. Dia akan berusaha fokus akan apa yang akan dicapainya. Tidak mungkin semua. Ya, tidak. Tapi dia akan berusaha meraihnya. Yes! She thinks she is ready for the next journey, the next level, the next great valuable stories of life in 2015! Yes, I am ready! :)

Jumat, 01 Agustus 2014

01-08-2014

another daywithout your smileanother day just passes bybut now I knowhow much it meansfor you to stayright here with me
the time we spent apart will make our love grow strongerbut it hurt so bad I can't take it any longer
I wanna grow old with youI wanna die lying in your armsI wanna grow old with youI wanna be looking in your eyesI wanna be there for yousharing everything you doI wanna grow old with you
a thousand miles between us nowit causes me to wonder howour love tonight remains so strongit makes our risk, right all along
the time we spent apart will make our love grow strongerbut it hurt so bad I can't take it any longer
I wanna grow old with youI wanna die lying in your armsI wanna grow old with youI wanna be looking in your eyesI wanna be there for yousharing everything you doI wanna grow old with you
things can come and go I know butbaby I believe ...something's burning strong between usmakes it clear to me ...
I wanna grow old with youI wanna die lying in your armsI wanna grow old with youI wanna be looking in your eyesI wanna be there for yousharing everything you doI wanna grow old with you
maybe, she doesn't know why.. this song is drowning her mind at this time 

Minggu, 29 Juni 2014

Your Arms

seperti seorang Ayah
mencurahkan pelukan cinta kasih tak terbatas
seperti seorang Guru
menanamkan segala yang positif dalam pikirannya
seperti seorang Sahabat
setia dan tak pernah meninggalkan

paling mengerti dan memahaminya
mampu melihat kebalikan dari pandangan dunia
mampu melihat makna yang dalam dibalik senyumannya
memeluk erat tubuhnya saat dia memanggilNya
bergegas menopang saat dia tidak kuat
memberikan kelegaan saat dunia menimpanya

memberikan lebih dari apa yang dia minta
meski kadang itu bukan keinginan hatinya,
tapi selalu menyadarkan bahwa itu yang terbaik untuknya
menghapus air matanya dengan pelangi yang indah
menggantikannya dengan sebuah goresan senyuman
untaian kata pun tak mampu menggambarkan seluruh anugerahNya

thankyou Jesus ♥

Rabu, 14 Mei 2014

Goresan

Di tengah kesibukan yang menjeratnya, dia masih bisa duduk pada sebuah kursi berwarna merah dan sebuah alat pintar bercahaya di depannya. Banyak kata dan pertanyaan yang ingin keluar dari mulutnya. Namun dia tidak tahu caranya. Mungkin tepatya hari ini, dia mulai memasukki batas ambangnya. Pikirannya seakan berlayar entah kemana. Perasaannya pun seakan terbawa angin entah kemana. Sudah berulang kali dia mengalaminya. Tapi karena satu hal, dia memandang semuanya baik. Dia bingung akan dirinya. Dia bingung akan jalan pikirannya. Dia bingung akan perasaannya saat ini. Dulu dia yakin akan apa yang telah dipilihnya. Dulu dia yakin akan kemauan perasaannya. Dulu dia bersemangat. Dulu dia ingin berjuang. Dulu dia ingin berusaha, Dulu dia optimis. Dia selalu melihat yang baik darinya. Dia selalu bercerita yang baik darinya. Dia selalu menutupi yang buruk darinya. Tapi sekarang, dia tidak tahu harus bagaimana. Sudah berulang kali dia merasa kecewa akan hal yang sederhana. Mungkin hanya sederhana. Tapi mengapa seperti yang berarti bagi dia? Sudah berulang kali kekecewaan itu diobatinya. Tapi keesokkan harinya, dia dikecewakan lagi. Tapi keesokkan harinya dia diobati lagi. Tindakannya di dunia semu seakan bertolak belakang dengan dunia sebenarnya. Dunia imajiner memperlakukan dia seperti seorang yang berbeda dan berarti. Dunia konkret memperlakukan dia seperti seorang yang biasa. Dia seperti harus memainkan sebuah sandiwara. Dia seperti harus berlaku profesional saat dihadapkan dengan orang banyak yang mungkin dekat dengannya. Dulu dia tidak apa-apa berada dalam kondisi itu. Tapi sekarang, dia mulai terusik. Keraguan besar melanda hidupnya. Apa dia harus melepaskan perasaannya yang terbawa angin? Dia tahu, dia bukan siapa-siapa. Dia tahu, dia tidak memiliki hak apapun. Tapi entah mengapa, dia tidak suka merasakan hal itu. Mungkin dia egois, mungkin dia terburu-buru, mungkin dia ingin kepastian, mungkin dia tidak ingin kecewa lagi, mungkin dia tidak ingin merasa cemburu yang tak berarti, atau apapun itu.

"Seperti seseorang yang datang, membuat goresan-goresan dalam sebuah lembaran putih dalam bukunya. Awalnya dia berharap goresan itu bisa melahirkan sebuah karya indah yang tertuang dalam satu buku. Tapi makin lama, ternyata air hujan menghapus sedikit demi sedikit goresan itu, bahkan membuat beberapa lembar goresan itu terlepas dari bukunya. Dia bingung, apakah buku itu tetap bisa menjadi sebuah buku pada akhirnya? Ataukah dia harus melepaskan semua lembaran dalam buku itu?"